8.12.2009

MALAIKAT PELINDUNG


Suatu ketika,ada seorang bayi yang siap untuk dilahirkan.Maka,ia bertanya kepada Tuhan."Ya Tuhan,Engkau akan mengirimku kebumi
tapi aku takut,aku masih kecil dan tak berdaya.Siapakah nanti yang akan melindungiku disana?"
Tuhanpun menjawab."Diantara semua malaikat-Ku,Aku akan memilih seorang yang khusus untukmu.Dia akan merawatmu dan mengasihimu."
Si kecil bertanya lagi,"Tapi disini disurga ini aku tak berbuat apa-apa,kecuali tersenyum dan bernyanyi,semua itu cukup membuatku bahagia."
Tuhanpun menjawab,"TAk apa,malaikatmu itu,akan selalu menyenandungkan lagu untukmu,dan dia akan selalu membuatmu tersenyum setiap hari,kamu akan
merasakan cinta dan kasih sayang,dan itu semua pasti akan membuatmu bahagia."
Namun sikecil bertanya lagi,"Bagaimana aku bisa mengerti ucapan mereka,jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai?"
Tuhan pun menjawab,"Malaikatmu itu,akan membisikanmu kata-kata yang paling indah,dia akan selalu sabar ada disampingmu,dan dengan kasihnya,dia akan
mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia." Si kecil bertanya lagi,"lalu bagaiamana jika aku ingin berbiacara kepadamu,Ya Tuhan?"
Tuhan pun menjawab,"Tenang,malaikatmu akan terus melindungimu,walaupun nyawa yang menjadi taruhannya.Dia sering akan melupakan kepentingannya sendiri
untuk keselamatanmu."Namun kini Si kecil malah sedih,"Ya Tuhan tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu lagi."
Tuhan menjawab lagi,"Malaikatmu akan selalu mengajarkanmu keagungan-KU,dan dia akan memdidikmu,bagaimana agar selalu patuh dan taat pada-KU.Dia kan selalu
membimbingmu untuk selalu mengingat-KU,walau begitu Aku akan selalu ada disisimu."
Hening kedamaianpun tetap menerpa surga,Namun suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup."Ya Tuhan,aku akan pergi aku akan pergi sekarang,tolong,sebutkan nama malaikat
yang akan melindungiku...."
Tuahn pun memnjawab kembali."Nama malaikatmu tak begitu penting.kamu akan memanggilnya dengan sebutan
:IBU......"

[+/-] Baca Selengkapnya...

8.11.2009

ANAK ANJING


Sebuah toko hewan peliharaan (pet store) memasang papan iklan yang menaik bagi anak-anak kecil, "Dijual Anak Anjing".
Segera saja seorang anak lelaki datang, masuk ke dalam toko dan bertanya "Berapa harga anak anjing yang anda jual itu?" Pemilik toko itu menjawab, "Harganya berkisar antara 30 - 50 Dollar."
Anak lelaki itu lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa keping uang, "Aku hanya mempunyai 2,37 Dollar, bisakah aku melihat-lihat anak anjing yang anda jual itu?" Pemilik toko itu tersenyum. Ia lalu bersiul memanggil anjing-anjingnya.

Tak lama dari kandang aning munculah anjingnya yang bernama Lady yang diikuti oleh lima ekor anak anjing. Mereka berlari-larian di sepanjang lorong toko. Tetapi, ada satu anak anjing yang tampak berlari tertinggal paling belakang. Si anak lelaki itu menunjuk pada anak anjing yang paling terbelakang dan tampak cacat itu.
Tanyanya, "Kenapa dengan anak anjing itu?" Pemilik toko menjelaskan bahwa ketika dilahirkan anak anjing itu mempunyai kelainan di pinggulnya, dan akan menderita cacat seumur hidupnya.
Anak lelaki itu tampak gembira dan berkata, "Aku beli anak anjing yang cacat itu." Pemilik toko itu menjawab, "Jangan, jangan beli anak anjing yang cacat itu. Tapi jika kau ingin memilikinya, aku akan berikan anak anjing itu padamu."
Anak lelaki itu jadi kecewa. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "Aku tak mau kau memberikan anak anjing itu cuma-cuma padaku. Meski cacat anak anjing itu tetap mempunyai harga yang sama sebagaimana anak anjing yang lain. Aku akan bayar penuh harga anak anjing itu. Saat ini aku hanya mempunyai 2,35 Dollar. Tetapi setiap hari akan akan mengangsur 0,5 Dollar sampai lunas harga anak anjing itu."
Tetapi lelaki itu menolak, "Nak, kau jangan membeli anak anjing ini. Dia tidak bisa lari cepat. Dia tidak bisa melompat dan bermain sebagaiman anak anjing lainnya."

Anak lelaki itu terdiam. Lalu ia melepas menarik ujung celana panjangnya. Dari balik celana itu tampaklah sepasang kaki yang cacat. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "Tuan, aku pun tidak bisa berlari dengan cepat. Aku pun tidak bisa melompat-lompat dan bermain-main sebagaimana anak lelaki lain. Oleh karena itu aku tahu, bahwa anak anjing itu membutuhkan seseorang yang mau mengerti penderitaannya."

Kini pemilik toko itu menggigit bibirnya. Air mata menetes dari sudut matanya. Ia tersenyum dan berkata, "Aku akan berdoa setiap hari agar anak-anak anjing ini mempunyai majikan sebaik engkau."



[+/-] Baca Selengkapnya...

8.01.2009

Kisah Aevo, si Pendaki Gunung


Bercerita tentang seorang pendaki gunung yang bernama Aevo, yang memaknai hidup dari perjuangan yang dia lakukan. Hampir seluruh waktu dalam hidupnya dipakai untuk menaklukkan gunung-gunung yang menjulang tinggi, hanya untuk melihat pemandangan mana yang terindah. Semakinn tinggi gunung yang dia taklukkan, semakin indah pemandangan yang ia dapatkan. Hingga pada suatu kesempatan,Aevo memutuskan untuk mendaki sebuah gunung yang amat tinggi. Aevo merasa itulah gunung tertinggi yang pernah ia hadapi. Dalam hati Aevo ada ketakutan,hal yang selalu datang dalam hatinya setiap akan mendaki sebuah gunung. Seperti biasa pula, Aevo berusaha menenangkan hatinya.

Setelah merasa cukup tenang,Aevo mulai melangkahkan kaki, selangkah demi selangkah. Mendaki gunung yang akan menghadiahi dia banyak tantangan dengan bekal seadanya.

Tidak terasa, Aevo sudah mendaki seperempat dari gunung tersebut. Aevo melihat sejenak ke belakang, jalan yang sudah ia lalui. Dalam pikirannya, dia berkata, "Ah, masih belum jauh." Sambil terus melangkahkan kakinya. Sampai langkahnya harus terhenti oleh seekor ular yang berjalan di hadapannya. Sesaat Aevo panik, dan ingin menghindar. Namun, sedikit gerakan tubuhnya, menyadarkan ular tersebut akan kehadiran Aevo di sekitarnya. Ular tersebut memandang Aevo yang sedang berusaha tenang, dan ternyata ketenangan Aevo akhirnya membuat ular tersebut pergi.

Aevo melanjutkan perjalannya dengan sisa bekal yang masih ada. Ketegangan karena ular tadi cukup membuat Aevo kehilangan tenaga. Kini Aevo sampai di posisi tengah dari gunung tersebut. Saat Aevo sadar akan posisinya, ada ketakutan muncul kembali dalam hatinya. Betapa jauh dan terjalnya jalan yang sudah ia lalui, dan yang masih akan dia jalani. Ditambah dengan bekal yang sudah sangat menipis. Aevo takut akan mati di tengah jalan. Sesaat kembali Aevo duduk dan mengumpulkan semangat, kembali pada motivasinya. Setelah yakin, Aevo kembali melangkah. Dia mulai dapat melihat pemandangan yang indah namun masih buram.

Sampailah Aevo pada tiga per empat bagian gunung itu. Ada pemandangan yang sangat mengerikan. Terdapat beberapa tulang belulang manusia di sana. Yang mungkin tewas saat mendaki dunung tersebut. Segera Aevo membuka bekal dan terkejut. Tinggal sepotong roti di sana. Pikiran Aevo terguncang, takut akan kematian yang ada dalam benaknya. Namun saat memandang ke bawah, Aevo sadar, sudah terlalu jauh. Saat memandang sekelilingnya, Aevo mulai melihat pemandangan yang belum pernah ia lihat, namun masih buram. Dan saat ia memandang ke atas, dia sadar, tinggal beberapa langkah lagi. Segera Aevo menghabiskan roti itu, dan dengan tekad bulat memutuskan akan mendaki gunung tersebut sampai tuntas.

Langkah-langkah Aevo terus bergantian, walau lelah sudah tak terkatakan lagi. Aevo terus berusaha, walau terjatuh beberapa kali. Naik, naik, dan terus naik. Sampai Aevo melihat sebuah hamparan tanah datar, dan Aevo kembali terjatuh. Jatuh dan tak sanggup untuk bangun lagi. Aevo mencoba membuka mata dan melihat pemandangan yang sangat indah dan jelas. Keindahan dunia di bawah sana. Warna-warni yang dihasilkan dengan sangat harmonis oleh alam. Aevo sampai di puncak gunung. Gunung tersebut telah takluk. Aevo mengucap syukur, dan dengan pasrah menyerahkan tubuhnya, menyerahkan kelelahannya pada Sang Pencipta. Dia mati. Mati dalam kepuasan hidup. Mati dalam pengertian akan perjuangan hidup dan warna-warni kehidupan. Dedu dan tanah gunung menjadi selimut untuk tidur panjangnya. Eidelways sebagai hiasan dan batu gunung sebagai batu nisannya.

Inilah gambaran kehidupan yang akan, atau sedang, atau mungkin yang seharusnya kita alami. Tetaplah berusaha, yakin pada tujuan hidup kita. Percaya bahwa dari setiap perjuangan akan ada hasil. Sehingga kita pun dapat menghargai hidup kita, dan semakin percaya bahwa Tuhan akan selalu ada dalam hidup kita. Yang akan menghargai setiap usaha dalam hidup kita sesuai harga yang telah Dia tentukan. Sampai akhirnya kita pergi dari dunia dengan kepuasan hidup, dan yang terutama kelepasan yang sesungguhnya

[+/-] Baca Selengkapnya...